Anak Pertamaku

Rabu, 11 Juni 2008

½

—aku jadi penasaran kenapa Tuhan menciptakan Adam dan Hawa saja ‘pertama’ kali ? kenapa tidak ada orang yang ke-tiga antara mereka ?—

Cinta ?
ah, tentu kau mengerti pendapatku tentang hal yang
satu itu, terkutuk!

Tapi, sayang. Kau-lah yang menanamkan cinta di diriku.
Sehingga sekarang aku jadi haus, kering akan cinta.

Cintamu bagai lampu yang berkedap-kedip, sebentar
terang sebentar redup.
Namun yang ku butuhkan justru cahaya yang selalu
menerangi jiwaku.
Yang jelas ini bukan iklan Philips.

Kau buat diriku mengembara mencari cinta yang lain lagi.
Tapi lalu kau hancurkan, seolah itu merupakan
pengkhianatan terhadap cinta kita.

Aku tak puas, manisku.
Satu hal yang ku tahu pasti :
cinta kita tak terpisah,
sampai tiba hari itu.

Kita slalu menganalogikan cinta kita.
Bagai Romeo-Juliet, atau Rojali-Juleha, sampai kita
tak puas dengan tokoh-tokoh tersebut.
Dan mulai menokohkan diri kita sendiri.

Dan kini semua itu tinggal kenangan. Kita sama-sama
terluka, sakit dan kecewa.

Kau ingat tentang ‘dia’?
Aku pernah berkata : ‘ia bagaikan rembulan
sedangkan kau matahari’.
Ketika matahari tiada maka bulanlah yang bersinar.

Tapi siapa sangka kau bermain api dengan
sobatmu sendiri.
Dan cukuplah sudah kisah kita.

Kau menyalahkan ku karena tak pernah mengatakan ‘the magic word’.
Sebab ku pikir lewat diam pun kau dapat mendengarnya.
Kau pikir cinta itu harus slalu dikatakan.
Kau pikir karena aku pujangga maka mengalunlah puisi cinta, lagu cinta.

Tidak, sekali-kali tidak.
Bahkan aku tak pernah menemukan kata yang tepat yang mewakilkan
perasaanku padamu.

Lalu, kau berdalih hatiku bercabang. Mulai suka pada ‘dia’.
Sayangku, kenapa kita harus mencintai satu orang jika kita
mampu mencintai lebih.
Pilih Sukma atau Lilis ?
Memangnya ada wanita yang
mau dimadu?

Dan kenapa jodoh kita cuma satu, kenapa tidak lebih dari satu ?
Sekarang jelaslah sudah, kamu memilih sobatmu dan kau
biarkan aku memilih dia.

Waktu terus berjalan dan aku tak pernah menyesali apa yang
pernah terjadi antara kita.
Aku tlah belajar banyak—tentang cinta, benci, sayang serta kecewa
yang kesemuanya itu hanya dipisahkan oleh selaput tipis.

Cintaku tak akan pernah lengkap lagi. Sebagian telah pergi
bersama perginya dirimu. Dan mau tahukah engkau pendapatku
tentang cinta : “ ½ Terkutuk

Tidak ada komentar: